Jumat, 22 Mei 2015

Contoh BAB I Dengan Judul Meningkatkan Konsentrasi Siswa Dalam Belajar



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Kesulitan belajar bisa terjadi karena faktor internal maupun eksternal dimana dapat menghambat perkembangan prestasi siswa yang memiliki berkesulitan belajar. Dalam bidang ini peran guru Bk adalah mengetahui, memahami, dan memberikan sebuah solusi bagaimana caranya menghilangkan  atau mencegah berkesulitan belajar ini bisa terjadi pada siswa. Sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Karena itu pendidik dalam proses pembelajaran harus memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar dapat membantu perkembangan peserta didik secara optimal dan dapat mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Pendidik  harus mampu mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, karena kesulitan belajar akan bersumber pada faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.

Konsentrasi adalah pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal. Atau kalau boleh disamakan, konsentrasi sama artinya dengan keadaan khusuk individu/seseorang pada sesuatu. Ada yang mengartikan konsentrasi merupakan pemusatan perhatian terhadap sesuatu sehingga seseorang tersebut tidak teringat lagi dengan hal-hal lain selain yang sedang dihadapinya. Sedangkan konsentrasi belajar itu maksudnya adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan pada suatu objek yang dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang dipelajari.
Kemampuan siswa untuk berkonsentrasi juga dapat dipengaruhi oleh:

a)  Motivasi yang diperolehnya
b)  Keinginan atau keterikatannya terhadap sesuatu.
c)  Situasi tekanan yang dapat mengancam dirinya.
d)  Keadaan fisik, psikis, emosional, dan pengalamannya.
e)   Tingkat kecerdasan yang dimiliki.
f)    Lingkungan sekitar.

Adapun faktor yang mempengaruhi kurangnya konsentrasi belajar pada siswa yaitu sebagai berikut:
1.    Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran.
2.    Perasaan gelisah, tertekan, marah. Kuatir, takut, benci dan dendam.
3.    Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan.
4.    Kondisi kesehatan jasmani.
5.    Bersifat pasif dalam belajar.
6.    Tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik.

Sebagai seorang guru kita dituntut untuk mampu memberikan atau menyampaikan ilmu dengan tepat agar siswa dengan mudah mengerti serta memahami maksud dari pembelajaran tersebut, namun apabila siswa kurang konsentrasi pada saat belajar tentu saja hal ini akan merugikan siswa dan guru. Kerugian yang alami siswa adalah ketidak pahaman siswa pada pelajaran saat itu dan seterusnya, kerugian yang alami guru yaitu orangtua murid akan berfikiran bahwa gurunyalah yang tidak mengajar dengan baik.
Ada beberapa manfaat atau keuntungan yang didapat oleh siswa jika mampu berkonsentrasi dengan baik pada saat mengikuti proses pembelajaran. Yaitu sebagai berikut:

1.    Siswa akan lebih mudah dan cepat menguasai materi ajar yang disajikan.
2.    Dapat dipastikan bahwa siswa yang konsentrasi dalam belajar sebenarnya ia juga sedang aktif. Jadi konsentrasi juga dapat dijadikan suatu tanda bahwa siswa sedang aktif belajar.
3.    Menambah semangat/motivasi bagi siswa untuk lebih aktif beraktifitas dalam belajar.
4.    Memudahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
5.    Suasana belajar menjadi yang semakin kondusif.
6.    Memudahkan siswa mendapatkan pengalaman yang baru.
7.    Munculnya hal-hal yang positif (misalnya tidak mau menghayal) dalam diri siswa.

Ada baiknya sebagai seorang guru harus mengetahui bagaimana dan hal apa saja yang dapat meningkat konsentrasi belajar siswa. Berikut adalah hal-hal yang dapat meningkatkan konsentrasi belajar siswa.
1.  Kesiapan belajar (ready learning). Sebelum melakukan aktivitas belajar kita harus benar-benar dalam kondisi fresh (segar) untuk belajar. Untuk siap melakukan aktivitas belajar ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu kondisi fisik dan psikis. Kondisi fisik harus bebas dari gangguan penyakit, kurang gizi dan rasa lapar. Kondisi psikis harus steril dari gangguan konflik kejiwaan atau ketegangan emosional, seperti cemas, kecewa, patah hati, iri dan dendam. Masalah-masalah konflik kejiwaan ini harus diselesaikan terlebih dahulu. Pikiran harus benar-benar jernih, jika hendak melakukan kegiatan belajar.
2.  Menanamkan minat dan motivasi belajar dengan cara mengembangkan “Imajinasi Berpikir”.  Untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar, maka perlu kita ketahui:
  1. Apa yang dipelajari,
  2. Untuk apa mempelajari materi pelajaran yang hendak dipelajari,
  3. Apa hubungan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari (manfaat mempelajari dan apa yang dapat kita lakukan dengan pengetahuan tersebut),
  4. Bagaimana cara mempelajarinya.
Dengan mengetahui keempat hal tersebut di atas, kita akan belajar secara terarah atau lebih terfokus pada materi pelajaran. Kemudian untuk membangkitkan faktor intelektual-emosional belajar kita, maka perlu mengembangkan dan membiasakan “berimajinasi dalam berpikir”. Maksudnya, kita membiasakan untuk menjelajah dengan berusaha membayangkan gambaran bentuk yang dipelajari. Kemudian pikirkan unsur-unsur penting yang membentuk gambaran tersebut. Dengan demikian kita akan digiring pada pola belajar aktif dan kreatif.
3. Cara belajar yang baik. Untuk memudahkan konsentrasi belajar dibutuhkan panduan untuk pengaktifan cara berpikir, penyeleksian fokus masalah dan pengarahan rasa ingin tahu. Juga, harus memuat tujuan yang hendak dicapai dan cara-cara menghidupkan dan mengembangkan rasa ingin tahu kita, hingga tuntas terhadap apa yang hendak dipelajari. Dengan kata lain, berusaha menyusun kerangka berpikir dan bertindak step by step dalam memecahkan masalah.
4. Lingkungan belajar harus kondusif. Belajar membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk memperoleh hasil belajar secara optimal. Harus diupayakan tempat dan ruangan yang apik, teratur dan bersih. Suasanapun harus nyaman untuk belajar.
5. Belajar aktif. Jika kita sulit berkonsentrasi belajar di sekolah atau sulit mengerti apa yang dijelaskan guru dan sebagainya, maka kita harus dapat mengembangkan pola belajar aktif. Kita harus aktif belajar dan berani mengungkapkan ketidaktahuan pada guru atau teman. Buang rasa sungkan, rasa malu dan rasa takut pada guru. Guru tidak akan memberi hukuman pada kita yang proaktif dalam belajar. Jika kita proaktif dalam belajar, maka kita akan mendapat perhatian khusus guru. Kita yang belajar yang proaktif akan menghalau timbulnya proses pengembaraan pikiran (duplikasi pikiran). Kita akan tetap fokus pada pelajaran. Intensitas konsentrasi belajar pun akan menjadi semakin optimal.
6. Perlu disediakan waktu untuk menyegarkan pikiran (resfreshing). Saat menghadapi kejemuan belajar. Saat kita belajar sendiri di rumah dan menghadapi kesulitan (jalan buntu) mempelajari materi pelajaran, kadangkala menimbulkan rasa jemu dan bosan untuk berpikir. Jika hal ini terjadi, maka jangan paksakan diri kita untuk terus melanjutkan belajar. Jika dipaksakan akan menimbulkan kepenatan dan kelelahan, sehingga akan menimbulkan antipati untuk belajar. Jalan keluarnya kita harus menyediakan waktu 5-10 menit untuk beristirahat sejenak dengan mengalihkan perhatian pada hal lain yang bersifat menyenangkan dan menyegarkan. Jika kepenatan dan kelelahan daya pikir atau daya kerja otak kita hilang dan pikiran kembali fresh, maka kita dapat kembali melanjutkan pelajaran yang tertunda tersebut.

Guru yang profesional memerlukan penguasaan yang prima dengan menguasai berbagai keterampilan menggunakan metode. Sehingga seorang guru dapat mengelola kegiatan belajar mengajar dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

B.  Fokus Masalah

Melihat banyaknya permasalahan yang terjaring dalam identifikasi masalah, maka penelitian ini perlu dibatasi. Penulis membatasi permasalahan ini pada meningkatkan konsentrasi siswa dalam belajar.

C.  Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.    Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi siswa dalam belajar?
2.    Apa penyebab kurangnya konsentrasi siwa dalam belajar?

D. Tujuan Penelitian
1.    Untuk memaksimalkan kemampuan individu dalam belajar agar terfokus pada pembelajaran yang ditekuni.
2.    Menjadikan siswa unggul dalam segala bidang pelajaran.
3.    Peran orangtua dalam membimbing dan mengarahkan anak untuk terwujudnya konsentrasi belajar.
4.    Keikut sertaan lingkungan dalam menciptakan suasana yang nyaman untuk belajar.
5.    Menciptakan kondisi yang nyaman bagi dirinya sendiri agar dapat memfokuskan diri pada pembelajaran.

E.  Manfaat Penelitian

1.    Untu mengukur tingkat kemampuan dan kecerdasan serta ketekunan seseorang agar dapat menjadi siswa yang lebih matang, kreatif dan inivatif.
2.    Untuk menilai tingkat kesadaran siswa dalam menghadapi pelajaran sehari-hari.
3.    Sebagai tolak ukur antara siswa yang satu dengan yang lainnya.




Dirgantara Wicaksono.
Pembelajaran PKN di SD.

2 komentar: