BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kesulitan
belajar bisa terjadi karena faktor internal maupun eksternal dimana dapat
menghambat perkembangan prestasi siswa yang memiliki berkesulitan belajar. Dalam
bidang ini peran guru Bk adalah mengetahui, memahami, dan memberikan sebuah
solusi bagaimana caranya menghilangkan atau mencegah berkesulitan belajar
ini bisa terjadi pada siswa. Sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab
atas perkembangan peserta didik. Karena itu pendidik dalam proses pembelajaran
harus memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar dapat
membantu perkembangan peserta didik secara optimal dan dapat mengenali peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar. Pendidik harus mampu mengenali
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru harus memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, karena kesulitan
belajar akan bersumber pada faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Konsentrasi
adalah pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal. Atau kalau boleh
disamakan, konsentrasi sama artinya dengan keadaan khusuk individu/seseorang pada sesuatu. Ada yang
mengartikan konsentrasi merupakan pemusatan perhatian terhadap sesuatu sehingga
seseorang tersebut tidak teringat lagi dengan hal-hal lain selain yang sedang
dihadapinya. Sedangkan konsentrasi
belajar itu maksudnya adalah
pemusatan daya pikiran dan perbuatan pada suatu objek yang dipelajari dengan
menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek
yang dipelajari.
Kemampuan
siswa untuk berkonsentrasi juga dapat dipengaruhi oleh:
a) Motivasi yang
diperolehnya
b) Keinginan atau
keterikatannya terhadap sesuatu.
c) Situasi tekanan yang
dapat mengancam dirinya.
d) Keadaan fisik, psikis,
emosional, dan pengalamannya.
e) Tingkat
kecerdasan yang dimiliki.
f) Lingkungan
sekitar.
Adapun
faktor yang mempengaruhi kurangnya konsentrasi belajar pada siswa yaitu sebagai
berikut:
1. Lemahnya
minat dan motivasi pada pelajaran.
2. Perasaan
gelisah, tertekan, marah. Kuatir, takut, benci dan dendam.
3. Suasana
lingkungan belajar yang berisik dan berantakan.
4. Kondisi
kesehatan jasmani.
5. Bersifat
pasif dalam belajar.
6. Tidak
memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik.
Sebagai
seorang guru kita dituntut untuk mampu memberikan atau menyampaikan ilmu dengan
tepat agar siswa dengan mudah mengerti serta memahami maksud dari pembelajaran
tersebut, namun apabila siswa kurang konsentrasi pada saat belajar tentu saja
hal ini akan merugikan siswa dan guru. Kerugian yang alami siswa adalah ketidak
pahaman siswa pada pelajaran saat itu dan seterusnya, kerugian yang alami guru
yaitu orangtua murid akan berfikiran bahwa gurunyalah yang tidak mengajar
dengan baik.
Ada
beberapa manfaat atau keuntungan yang didapat oleh siswa jika mampu
berkonsentrasi dengan baik pada saat mengikuti proses pembelajaran. Yaitu
sebagai berikut:
1. Siswa akan lebih mudah dan cepat
menguasai materi ajar yang disajikan.
2. Dapat dipastikan bahwa siswa yang
konsentrasi dalam belajar sebenarnya ia juga sedang aktif. Jadi konsentrasi
juga dapat dijadikan suatu tanda bahwa siswa sedang aktif belajar.
3. Menambah semangat/motivasi bagi
siswa untuk lebih aktif beraktifitas dalam belajar.
4. Memudahkan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
5. Suasana belajar menjadi yang semakin
kondusif.
6. Memudahkan siswa mendapatkan pengalaman
yang baru.
7. Munculnya hal-hal yang positif
(misalnya tidak mau menghayal) dalam diri siswa.
Ada baiknya sebagai seorang guru
harus mengetahui bagaimana dan hal apa saja yang dapat meningkat konsentrasi
belajar siswa. Berikut adalah hal-hal yang dapat meningkatkan konsentrasi
belajar siswa.
1. Kesiapan
belajar (ready learning). Sebelum melakukan aktivitas belajar kita harus
benar-benar dalam kondisi fresh (segar) untuk belajar. Untuk siap melakukan
aktivitas belajar ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu kondisi fisik dan
psikis. Kondisi fisik harus bebas dari gangguan penyakit, kurang gizi dan rasa
lapar. Kondisi psikis harus steril dari gangguan konflik kejiwaan atau
ketegangan emosional, seperti cemas, kecewa, patah hati, iri dan dendam.
Masalah-masalah konflik kejiwaan ini harus diselesaikan terlebih dahulu.
Pikiran harus benar-benar jernih, jika hendak melakukan kegiatan belajar.
2. Menanamkan
minat dan motivasi belajar dengan cara mengembangkan “Imajinasi Berpikir”.
Untuk membangkitkan minat dan motivasi
belajar, maka perlu kita ketahui:
- Apa yang dipelajari,
- Untuk apa mempelajari materi pelajaran yang hendak dipelajari,
- Apa hubungan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari (manfaat mempelajari dan apa yang dapat kita lakukan dengan pengetahuan tersebut),
- Bagaimana cara mempelajarinya.
Dengan mengetahui keempat hal
tersebut di atas, kita akan belajar secara terarah atau lebih terfokus pada
materi pelajaran. Kemudian untuk membangkitkan faktor intelektual-emosional
belajar kita, maka perlu mengembangkan dan membiasakan “berimajinasi dalam
berpikir”. Maksudnya, kita membiasakan untuk menjelajah dengan berusaha
membayangkan gambaran bentuk yang dipelajari. Kemudian pikirkan unsur-unsur
penting yang membentuk gambaran tersebut. Dengan demikian kita akan
digiring pada pola belajar aktif dan kreatif.
3. Cara
belajar yang baik. Untuk
memudahkan konsentrasi belajar dibutuhkan panduan untuk pengaktifan cara
berpikir, penyeleksian fokus masalah dan pengarahan rasa ingin tahu. Juga,
harus memuat tujuan yang hendak dicapai dan cara-cara menghidupkan dan
mengembangkan rasa ingin tahu kita, hingga tuntas terhadap apa yang hendak
dipelajari. Dengan kata lain, berusaha menyusun kerangka berpikir dan bertindak
step by step dalam memecahkan masalah.
4. Lingkungan
belajar harus kondusif. Belajar
membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk memperoleh hasil belajar secara
optimal. Harus diupayakan tempat dan ruangan yang apik, teratur dan bersih.
Suasanapun harus nyaman untuk belajar.
5. Belajar
aktif. Jika kita
sulit berkonsentrasi belajar di sekolah atau sulit mengerti apa yang dijelaskan
guru dan sebagainya, maka kita harus dapat mengembangkan pola belajar aktif.
Kita harus aktif belajar dan berani mengungkapkan ketidaktahuan pada guru atau
teman. Buang rasa sungkan, rasa malu dan rasa takut pada guru. Guru tidak akan
memberi hukuman pada kita yang proaktif dalam belajar. Jika kita proaktif dalam
belajar, maka kita akan mendapat perhatian khusus guru. Kita yang belajar yang
proaktif akan menghalau timbulnya proses pengembaraan pikiran (duplikasi
pikiran). Kita akan tetap fokus pada pelajaran. Intensitas konsentrasi
belajar pun akan menjadi semakin optimal.
6. Perlu
disediakan waktu untuk menyegarkan pikiran (resfreshing). Saat menghadapi kejemuan belajar.
Saat kita belajar sendiri di rumah dan menghadapi kesulitan (jalan buntu)
mempelajari materi pelajaran, kadangkala menimbulkan rasa jemu dan bosan untuk
berpikir. Jika hal ini terjadi, maka jangan paksakan diri kita untuk terus
melanjutkan belajar. Jika dipaksakan akan menimbulkan kepenatan dan kelelahan,
sehingga akan menimbulkan antipati untuk belajar. Jalan keluarnya kita harus
menyediakan waktu 5-10 menit untuk beristirahat sejenak dengan mengalihkan
perhatian pada hal lain yang bersifat menyenangkan dan menyegarkan. Jika
kepenatan dan kelelahan daya pikir atau daya kerja otak kita hilang dan pikiran
kembali fresh, maka kita dapat kembali melanjutkan pelajaran yang tertunda
tersebut.
Guru
yang profesional memerlukan penguasaan yang prima dengan menguasai berbagai
keterampilan menggunakan metode. Sehingga seorang guru dapat mengelola kegiatan
belajar mengajar dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
B. Fokus Masalah
Melihat banyaknya permasalahan yang
terjaring dalam identifikasi masalah, maka penelitian ini perlu dibatasi.
Penulis membatasi permasalahan ini pada meningkatkan konsentrasi siswa dalam
belajar.
C. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.
Upaya apa yang dilakukan untuk
meningkatkan konsentrasi siswa dalam belajar?
2.
Apa penyebab kurangnya konsentrasi siwa
dalam belajar?
D. Tujuan Penelitian
1.
Untuk memaksimalkan kemampuan individu
dalam belajar agar terfokus pada pembelajaran yang ditekuni.
2.
Menjadikan siswa unggul dalam segala
bidang pelajaran.
3.
Peran orangtua dalam membimbing dan mengarahkan
anak untuk terwujudnya konsentrasi belajar.
4.
Keikut sertaan lingkungan dalam
menciptakan suasana yang nyaman untuk belajar.
5.
Menciptakan kondisi yang nyaman bagi
dirinya sendiri agar dapat memfokuskan diri pada pembelajaran.
E. Manfaat Penelitian
1. Untu
mengukur tingkat kemampuan dan kecerdasan serta ketekunan seseorang agar dapat
menjadi siswa yang lebih matang, kreatif dan inivatif.
2. Untuk
menilai tingkat kesadaran siswa dalam menghadapi pelajaran sehari-hari.
3. Sebagai
tolak ukur antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
Dirgantara Wicaksono.
Pembelajaran PKN di SD.
Dirgantara Wicaksono.
Pembelajaran PKN di SD.
bab 2 nya sama bab 3nya ngga sekalian?
BalasHapusbelum selesai bab 2 dan 3 nya, masih OTW hahaha
Hapus