Kamis, 21 Mei 2015

Tanggapan Saya Mengenai Ujian Nasional Tahun Ini




JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan sejumlah perubahan terhadap penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) yang akan diterapkan mulai tahun ini. Setidaknya ada tiga aspek perubahan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan membeberkan, perubahan pertama adalah UN tidak digunakan sebagai penentu kelulusan. Kedua, ke depan UN dapat ditempuh lebih dari satu kali. Ketiga, UN harus diambil minimal satu kali.

"Kelulusan sepenuhnya diputuskan oleh sekolah. Bukan hanya pada beberapa mata pelajaran (mapel), tetapi semua aspek pembelajaran termasuk komponen perilaku anak di sekolah," ujar Anies, di Gedung Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Jumat (23/1/2015).

Dia melanjutkan, peserta didik yang hasil ujiannya kurang, maka dia memiliki kesempatan untuk memperbaiki dan mengambil ujian ulang. Tujuan UN, kata Anies, bukan untuk menjadi hakim, tetapi menjadi alat pembelajaran.

"Kita ingin mengubah UN tak sekadar vonis atau alat menilai hasil belajar saja, tetapi juga menjadi alat untuk belajar," ucapnya.

Dia mengatakan, ujian ulang untuk pelaksanaan UN pada tahun ini dilaksanakan pada tahun depan. Alasannya, logistik penyelenggaraan UN ulangan belum siap.
_______________________________________________________________________
Faktanya kebanyakan para peserta Ujian Nasional masih saja ada  yang melakukan kecurangan/ mencontek. Jika itu terjadi bagaimana pihak sekolah, pemerintah mengukur tingkat kemampuan peserta didik di Indonesia. Paradigma siswa sampai saat ini masih saja memandang Ujian Nasional adalah sesuatu yang menakutkan, sehingga semua siswa berlomba-lomba mendapat nilai yang bagus dengan meng-halal kan segala cara, jika Ujian Nasional bukan penentu kelulusan tentunya itu menjadi suatu hal yang menyenangkan bagi siswa tapi apabila hasil yang di dapat rendah tentunya akan mempersulit siswa tersebut untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi negeri menurut saya hal inilah yang melatar belakangi mengapa beberapa siswa masih melakukan kecurangan saat Ujian Nasional berlangsung, dan bagi yang membocorkan jawaban Ujian Nasional harus diberikan sanksi tegas agar tidak ada lagi kecurangan yang terjadi dalam pendidikan di Indonesia agar SDM manusia mampu bersaing dengan negara-negara lain dalam bidang akademis.

 Ujian tahun ini tentu saja lebih ringan dibandingkan dengan angkatan saya yang harus mengerjakan soal dengan 25 paket soal yang berbeda tiap siswanya. tentunya hal ini membuat siswa menjadi belajar ekstra keras, karena saya berfikiran pada ujian nasional yang diadakan pada saat itu memiliki banyak resiko bila mencontek, seperti: buang-buang waktu, terlalu banyak bocoran yang beredar, sehingga pada saat itu saya mengerjakan soal ujian semampu saya, meski ada beberapa teman saya yang menggunakan bocoran, bukan saya tidak mau menggunakan bocoran hanya saja pada saat itu saya ragu dan bingung untuk menggunakan bocoran yang belum tentu kebenarannya.

Ujian Nasional masih menjadi topik yang sering diperbincangkan, alangkah bijaknya pemerintah melihat kondisi di lapangan, lalu barulah membuat peraturang yang akan diterapkan pada siswa jangan sampai menyurus sekolah Ujian Nasional dengan menggunakan komputer tetapi tidak semua sekolah memiliki komputer yang mencukupi, dan bagaimana saudara-saudara kita yang berada jauh dipedalaman? jangankan komputer listrik saja belum tentu ada. hal inilah yang seharusnya pemerintah lihat, pemerintah kaji lagi jangan sampai aturan-aturan yang dibuat malah merugikan siswanya.





Dirgantara Wicaksono.
Pembelajaran PKN di SD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar